Langsung ke konten utama

Jangan Beli Rapid Test di Marketplace! Risiko Palsu!

Google.com

Kasus Covid-19 malah semakin meningkat, sebagian orang pun berinisiatif untuk membeli alat rapid test sendiri melalui berbagai macam marketplace. Haruskah hal ini dilakukan?

"Saya termasuk orang yang tidak menganjurkan masyarakat membeli (alat) rapid test sendiri," ungkap akademisi dan praktisi kesehatan Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH saat dihubungi Republika.co.id.

Prof Ari menyampaikan kalau salah satu pasiennya juga ada yang memiliki kekhawatiran mengenai Covid-19 hingga membeli satu boks alat rapid test. Setiap dua pekan sekali, pasien tersebut melakukan pemeriksaan rapid test sendiri. Prof Ari mengatakan, ini sebuah kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu.

Prof Ari juga mengungkapkan bahwa sebagian orang menyamakan alat rapid test dengan gravindex test atau alat untuk mengetes kehamilan. Gravindex test bersifat individual, sedangkan rapid test tidak.

"(Gravindex test) jelas memang dia individual, dia positif atau negatif hamil," ujar Prof Ari.

Akan tetapi, hasil negatif dari rapid test belum tentu benar-benar membuktikan seseorang memang negatif dari Covid-19. Begitu pula sebaliknya.

"Karena ada masanya ketika dia positif di awal, itu belum terdeteksi positif. Itu harusnya menjadi perhatian," papar Prof Ari.

Pemeriksaan tes cepat lebih ditujukan untuk kepentingan surveillance dalam mengetahui kondisi di tengah masyarakat. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan seberapa besar prevalensi orang-orang yang sudah mendapatkan imunitas atau pernah terinfeksi di tengah kelompok masyarakat.

"(Rapid test) sifatnya tidak individual, nah kita mesti bedakan pemeriksaan rapid test dengan gravindex test," jelas Prof Ari.

Saran yang serupa juga telah dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO tidak merekomendasikan rapid test berbasis deteksi antigen untuk pelayanan pasien. WHO juga tidak merekomendasikan rapid test berbasis deteksi antibodi untuk pelayanan pasien, akan tetapi jenis tes ini dapat dilakukan untuk kepentingan surveillance dan penelitian epidemiologi.

Prof Ari mengatakan, orang-orang yang ingin melakukan tes swab juga perlu mengetahui apa tujuan mereka melakukan tes tersebut. Indikasi untuk melakukan tes swab harus jelas, misalnya karena telah melakukan kontak dengan orang yang positif Covid-19, untuk kepentingan ujian, atau keperluan lainnya.

"Indikasinya mesti  jelas," tutur Prof Ari.

 

Sumber: ayobandung.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sparta, Anjing Milik Bimo Aryo Meninggal Dunia

Sumber: google.com Duka tengah dirasakan presenter Bima Aryo. Anjing jenis Belgian Malinois Paltakush atau Sparta miliknya mati pada Senin (28/10). Kabar ini diketahui pertama kali dari unggahan Instagram Story @bimaaryo Senin malam. "RIP SPARTA," tulis Bima. Dalam unggahan lainnya, Bima percaya bahwa kepergian Sparta   adalah takdir. Ia lantas berharap anjing kesayangannya itu bisa dimaafkan bila pernah menyakiti berbagai pihak. "Maafin Sparta  kalau ada salah-salah, guys. Dia tadi (Senin) meninggal, guys," ucap Bima sambil menangis. "Gue peluk dia di tangan gue. Udah takdir kamu, enggak bisa kamu lawan. It's okay. I love you, Sparta ," ucap Bima lagi. Bima kemudian membagikan foto Sparta yang telah dibalut kain putih, siap untuk dimakamkan. "Sebenarnya gue pengin banget main, bisa ketemu, bisa megang dia dulu, tapi kita enggak mau nunggu. Gue mau gali kuburannya sekarang, gue mau kubur dia sekarang, gue udah i

"GeNose" Pendeteksi Covid-19 Dari Hembusan Nafas

  Google.com Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menciptakan alat yang dipercayai memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mendiagnosis paparan Covid-19 pada seseorang dengan metode embusan napas.  Alat yang diberi nama “GeNose” diklaim mampu bekerja secara cepat dan akurat mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas seseorang. Napas orang diambil diindera dengan melalui sensor-sensor dan kemudian diolah datanya dengan bantuan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) untuk pendeteksian dan pengambilan keputusan. Selain unsur kecepatan dan keakurasian, “GeNose” didesain sangat handy sehingga dapat dioperasikan oleh seseorang secara mandiri dan efisien.   “GeNose” merupakan inovasi pertama di Indonesia untuk pendeteksian Covid-19 melalui hembusan napas yang aplikasinya terhubung dengan sistem cloud computing untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time. Hebatnya, “GeNose” juga mampu bekerja secar

Aplikasi Gaming Sosial Bunch Dapat Investasi

Sumber: google.com Bunch mengumumkan bahwa mereka baru saja mendapatkan investasi sebesar 3,85 juta dolar AS atau sekitar Rp 54,3 miliar dari Supercell, Tencent, Riot Games, Miniclip, dan Colopl Next. Bunch adalah aplikasi gaming sosial serupa Discord. Hanya saja, jika Discord ditujukan untuk para gamer PC, Bunch ditujukan untuk mobile gamer. Melalui Bunch , para gamer akan dapat mengobrol dengan teman-teman mereka saat mereka sedang bermain. Menariknya, para pengguna Bunch   bisa membuat party di dalam aplikasi Bunch sehingga ketika mereka mulai bermain game, secara otomatis mereka akan bermain pada mode multiplayer. Setelah game dimulai, Bunch akan berjalan di background, memungkinkan para pemain untuk tetap mengobrol sambil bermain. "Anda bisa mengobrol sambil bermain game. Di Android, Anda bisa memilih untuk mengaktifkan atau mematikan video,” kata CEO dan co-founder Bunch, Selcuk Atli mengutip Hybrid. Saat ini, Bunch telah memiliki sejumlah game y