Google.com Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menciptakan alat yang dipercayai memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mendiagnosis paparan Covid-19 pada seseorang dengan metode embusan napas. Alat yang diberi nama “GeNose” diklaim mampu bekerja secara cepat dan akurat mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas seseorang. Napas orang diambil diindera dengan melalui sensor-sensor dan kemudian diolah datanya dengan bantuan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) untuk pendeteksian dan pengambilan keputusan. Selain unsur kecepatan dan keakurasian, “GeNose” didesain sangat handy sehingga dapat dioperasikan oleh seseorang secara mandiri dan efisien. “GeNose” merupakan inovasi pertama di Indonesia untuk pendeteksian Covid-19 melalui hembusan napas yang aplikasinya terhubung dengan sistem cloud computing untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time. Hebatnya, “GeNose” juga mampu bekerja secar
Google.com Negara Paman Sam ini melaporkan kerugian akibat wabah Corona, defisit anggaran lebih dari US$ 3 triliun atau sekitar Rp44.400 triliun (kurs Rp14.800). Kenapa demikian, karena pengeluaran besar-besaran pemerintah AS untuk memberikan bantuan virus corona atau Covid-19. Pemerintah AS telah menghabiskan lebih dari US$ 6 triliun dalam 11 bulan pertama tahun keuangannya, termasuk US$ 2 triliun untuk program virus Corona. Angka itu lebih besar US$ 3 triliun dari pendapatan pajaknya. Defisit ini lebih dari dua kali lipat pada rekor defisit setahun penuh pada 2009. Saat itu AS bergulat dengan dampak krisis keuangan perumahan tahun 2008. Sebelum pandemi muncul di AS, sebenarnya sudah berada di jalur defisit anggaran lebih dari $ 1 triliun tahun ini. Angka yang besar menurut standar historis. Tetapi pengeluaran yang disetujui untuk mencoba meredam dampak finansial dari virus telah meledakkan proyeksi tersebut. The Congressional Budget Office bulan ini memperkirakan bahwa